Dalam rangka pemahaman terhadap suatu perilaku
organisasi, perlu
memahami terlebih dahulu terhadap individu-individu sebagai
salah satu dimensi dalam suatu organisasi yang amat penting. Perilaku individu
adalah suatu fungsi dari interaksi antara individu dengan lingkungannya. Dalam hal ini,
perilaku tiap individu pasti berbeda, yang ditentukan oleh lingkungan masing-
masing dari tiap individu yang memang berbeda- beda pula.
Manusia
adalah salah satu faktor penting dalam organisasi. Kinerja organisasi sangat
tergantung pada kinerja individu yang ada di dalamnya. Dalam seluruh pekerjaan,
anggotalah yang menentukan keberhasilannya, sehingga berbagai upaya
meningkatkan produktivitas organisasi harus dimulai dari perbaikan
produktivitas anggota. Oleh karena itu, pemahaman tentang perilaku
organisasi menjadi sangat penting dalam rangka meningkatkan kinerjanya.
PERILAKU
INDIVIDU
Perilaku didefinisikan sebagai suatu sikap atau tindakan
serta segala sesuatu yang dilakukan manusia, misalnya bekerja dengan giat atau
malas, berbicara dengan orang lain, baik bertukar pendapat maupun menerima
pendapat atau menolaknya. Perilaku individu dalam organisasi adalah sikap dan
tindakan (tingkah laku) seorang manusia (individu) dalam organisasi sebagai
ungkapan dari kepribadian, persepsi dan sikap jiwanya, dimana bisa berpengaruh
terhadap prestasi (kerja) dirinya dan organisasi.
Manusia dapat belajar dan dipengaruhi oleh lingkungan
mereka. Para psikologi evolusioner menyebutkan bahwa pembentukan
perilaku manusia pada dasarnya sudah terbentuk sejak lahir. Sehingga perilaku
manusia dapat dipengaruhi oleh factor instrintik (bawaan sejak lahir dan
motivasi diri) dan factor ekstrinsik (aspek lingkungan dan motivasi dari luar)
B.
PERBEDAAN INDIVIDUAL
- Manusia berbeda karena mempunyai Kemampuan yang berbeda. Setiap manusia memiliki perbedaan dalam berperilaku. Kemampuan seseorang dapat membedakan perilakunya, karena perbedaan ini dapat gunakan untuk memprediksi pelaksanaan dan hasil kerja seseorang yang bekerja sama dalam suatu organisasi. Apabila kita mampu memahami sifat-sifat manusia, maka kita akan paham mengapa seseorang berperilaku yang berbeda dengan yang lain didalam melaksanakan suatu kerjasama.
- Manusia berbeda karena mempunyai Kebutuhan yang berbeda
Pemahaman kebutuhan yang berbeda dari seseorang sangat
bermanfaat untuk memahami konsep perilaku seseorang didalam organisasi. Hal ini
bisa dipergunakan untuk memprediksi dan menjelaskan perilaku yang berorientasi
tujuan di dalam organisasi. Sebagi contoh, Karyawan akan termotivasi untuk
bekerja lebih baik untuk mendapatkan reward (penghargaan) dari perusahaan,
perilakunya jelas berbeda dengan karyawan yang tidak mempunyai motivasi dan
bekerja biasa-biasa saja.
- Orang berpikir tentang masa depan dan membuat pilihan tentang bagaimana bertindak.
Setiap mimpi yang dibuat oleh manusia mempengaruhi bagaimana
individu tersebut berpikir dalam aktivitas kesehariannya, dan bagaimana
bertindak untuk mencapai tujuan baik itu jangka pendek atau jangka panjangnya.
Seseorang memilih berperilaku demikian karena ia yakin dapat mengarahkan untuk
mendapatkan sesuatu hasil tertentu (misalnya hadiah, upah dan dikenal oleh
atasan yang menarik baginya karena sesuai dengan tututan kebutuhan).
Dalam Teori Experctancy, menunjukkan bahwa persepsi
mengarahkan kepada suatu kepercayaan tentang pelaksanaan kerja dan hasil-hasil
apa yang akan mengikuti pelaksanaan kerja tersebut.
-
Manusia Berbeda karena faktor
lingkungannya.
Memahami lingkungan adalah suatu proses yang aktif, dimana
seseorang mencoba membuat lingkungannya mempunyai arti baginya. Oleh karena
itu, suatu keputusan yang di buat oleh individu dapat dipengaruhi dengan apa
yang terjadi di luar dari dirinya (motivasi eksternal). Sehingga, lingkungan
akan membentuk karakter manusia menjadi baik atau jahat, dll.
-
Faktor Like or Dislike with
something
Percaya atau tidak faktor ini juga mempengaruhi seseorang
dalam berperilaku, apabila seseorang tidak suka pada atasannya dalam memimpin,
maka apapun yang dikatakan atasan hanya merupakan masukan tidak langsung di
lakukan. Dalam factor ini ada rasa keegoisan seseorang atau mencampurkan
urusan pribadi kepada pekerjaannya.
C. KARAKTERISTIK ORGANISASI DAN PENGARUH
TERHADAP INDIVIDU
Dalam organisasi individu mempunyai
kemampuan, kepercayaan, pengharapan kebutuhan dan pengalaman masa lalunya
apabila akan memasuki suatu lingkungan baru. Organisasi merupakan suatu
lingkungan bagi individu yang mempunyai karakteristik, yang diwujudkan dalam
pekerjaan-pekerjaan, tugas-tugas, wewenang dan tanggung jawab, sistem
pengagajian, dll. Jika karakteristik individu berinteraksi dengan karateristik
organisasi, maka akan mewujudkan perilaku individu dalam organisasi.
Perilaku adalah suatu fungsi dari interaksi antara seseorang
individu dengan lingkungannya. Individu dengan organisasi tidak jauh berbeda
dengan pengertian ungkapan tersebut. Keduanya mempunyai sifat-sifat khusus atau
karakteristik tersendiri.
Implikasi
dari karakteristik organisasi terhadap individu apabila ditinjau dalam segi
kebutuhan, individu itu sendiri adalah motivasi kerja, motivasi kerja timbul
karena adanya sistem pengkajian, motivasi kerja akan berdampak pula pada
produktivitas kerja individu dan terhadap kinerja organisasi.
PENDEKATAN-PENDEKATAN UNTUK MEMAHAMI
PERILAKU INDIVIDU
- Pendekatan Kognitif
Pendekatan
kognitif tidak memperhitungkan masa lalu (ahistoric). Pengalaman masa
lalu hanya menentukan pada struktur kognitif, dan perilaku adalah suatu fungsi
dari pernyataan masa sekarang dari sistem kognitif seseorang, tanpa
memperhatikan proses masuknya dalam sistem. Data dalam pendekatan
kognitif yaitu, data atas sikap, nilai, pengertian dan pengharapan pada
dasarnya dikumpulkan lewat survey dan kuestioner.
Ada tiga hal yang umum yang terdapat
dalam teori kognitif, yaitu :
-
Elemen Kognitif
Teori ini
percaya bahwa perilaku seseorang disebabkan adanya suatu rangsangan (stimulus),
yakni suatu obyek fisik yang mempengaruhi seseorang dengan banyak cara, dan
melihat bagaimana ransangan tersebut diproses dalam diri seseorang. Jadi
menurut teori ini, semua perilaku itu tersusun secara teratur. Individu
mengatur pengalamannya ke dalam aktivitas untuk mengetahui (cognition)
yang kemudian kedalam susunan kognitif (cognitive structure) yang akan
menentukan pada jawaban (response) seseorang.
Kognisi adalah dasar dari unit teori kognitif, merupakan representasi internal
yang terjadi antara suatu stimulus dengan suatu jawaban (response). Jadi,
seseorang mengetahui adanya suatu stimulus, kemudian memprosesnya kedalam
kognisi, yang pada akhirnya menghasilkan atau menyebabkan jawaban.
Stimulus – Kognisi - Jawaban.
-
Struktur Kognitif
Struktur dan system kognitif
dinamakan struktur kognitif. Sifat dari system kognitif tergantung pada
karakteristik dari stimulasi yang diproses ke dalam kognisi dan pengalaman dari
masing-masing individu.
Contoh: Ada dua kognisi: “Saya
jatuh ke sungai”, dan “Saya menjadi kedinginan”. Apabila digabungkan menjadi
suatu system kognisi sederhana yakni: “Sungai itu dingin”. Proses asosiasi yang
melahirkan kesimpulan bahwa sungai itu dingin, dikarenakan karakteristik dari
stimulasi, yakni adanya kedinginan dan kebasahan yang timbul secara bersamaan.
-
Fungsi Kognitif
·
Memberikan pengertian pada kognitif baru
·
Menghasilkan emosi yang menunjukkan perasaan atau penilaian
·
Membentuk sikap. Sikap seseorang itu mempunyai kognitif (pengetahuan), afektif
(emosi) dan tindakan (perilaku).
·
Memberikan motivasi terhadap konsekuensi perilaku
- Pendekatan Penguatan
Pendekatan ini menekankan peranan atau hubungan antara lingkungan dalam perilaku
manusia. Lingkungan sebagai suatu sumber stimuli dapat menghasilkan dan
memperkuat respon-respon tertentu. Selain itu, pendekatan menyatakan bahwa
perilaku itu ditentukan oleh stimuli lingkungan baik sebelum terjadinya
perilaku maupun hasil dari perilaku.
Dalam
prosesnya, lingkungan yang beraksi dalam diri individu mengundang respon yang
ditentukan oleh sejarah, sehingga menentukan kecenderungan perilaku pada masa
mendatang. Teori reinforcement bersifat historic. Suatu respon
seseorang pada suatu stimulus tertentu adalah menjadi suatu fungsi dari sejarah
lingkungannya.
- Pendekatan
Psikoanalitis
Pendekatan ini menekankan peranan sistem personalitas didalam menentukan suatu
perilaku. Lingkungan hanya sebagai Ego yang berinteraksi untuk memuaskan
keinginan-keinginan Id. Menurut pendekatan psikoanalitis, perilaku ditimbulkan
oleh tegangan (tensions) yang dihasilkan dalam tercapainya keinginan.
Dalam prosesnya, keinginan dan harapan dihasilkan dalam Id, kemudian diproses oleh
Ego dibawah pengamatan Superego. Namun, kekuatan dari Id, Ego dan Superego
ditentukan oleh interaksi dan pengembangannya dimasa lalu dengan menggunakan
data ekspresi dari keinginan, harapan, dan bukti penekanan dari keinginan
tersebut lewat analisa mimpi, teknik proyektif, dan hipnotis.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar